Kesalahan berbahaya dalam minum obat
Obat diresepkan untuk mengatasi atau meredakan gejala penyakit. Di dalamnya terdapat senyawa-senyawa kimia yang sudah ditakar dalam dosis tertentu agar aman dan berkhasiat jika digunakan sesuai petunjuk. Namun ada kalanya terjadi kesalahan yang membahayakan kesehatan.
Dokter bertugas menulis resep lalu obat diracik oleh apoteker sebelum diberikan kepada pasien. Tapi pada kenyataannya, ada beberapa kekeliruan yang bisa terjadi. Di AS saja, ada lebih dari 1,5 juta kesalahan obat setiap tahun yang berpotensi bahaya menurut Institute of Medicine.
1. Apoteker Keliru Meracik Obat
Diperkirakan, ada 1 kesalahan dari setiap 20 resep yang diracik apoteker di AS, demikian menurut data Institute for Safe Medication Practices (ISMP). Apoteker bisa keliru membaca nama obat pada resep atau keliru mengambil botol obat.
Misalnya, dokter meresepkan Lamisil untuk infeksi kuku namun pasien menerima Lamictal, obat yang digunakan untuk mengobati kejang karena namanya mirip. Pastikan selalu mengecek kepada apoteker apakah obat yang diterima sudah sesuai dengan resep yang diberikan dokter.
2. Tak Membaca atau Mengikuti Instruksi pada Label
Kesalahan lain yang banyak terjadi adalah pasien tidak membaca pamflet yang termuat bersama obat. Biasanya orang malas membaca karena berisi istilah-istilah yang tak mudah dipahami, padahal informasi itu sebenarnya penting.
Sebelum meninggalkan meja apotek, tanyakan kepada apoteker mengenai hal-hal yang perlu diketahui, misalnya dosis yang tepat, bolehkah diminum setelah atau sebelum makan dan sebagainya. Cari tahu juga tentang efek samping obat.
Sebelum meninggalkan meja apotek, tanyakan kepada apoteker mengenai hal-hal yang perlu diketahui, misalnya dosis yang tepat, bolehkah diminum setelah atau sebelum makan dan sebagainya. Cari tahu juga tentang efek samping obat.
3. Tidak Bisa Membedakan Obat
Vitamin, obat alergi, pil KB dan obat penghilang rasa sakit biasanya susah dibedakan penampilannya dengan obat suplemen. Apalagi kebanyakan pasien tak hanya diresepkan satu jenis obat saja dan jumlahnya naik seiring bertambahnya usia.
Beberapa obat yang terlihat tidak berbahaya sebenarnya dapat berinteraksi dengan obat lain. Misalnya, obat maag dapat mengurangi penyerapan antibiotik dalam aliran darah sehingga mengurangi efektivitasnya. Agar tidak susah membedakan, berikan label pada masing-masing obat.
Beberapa obat yang terlihat tidak berbahaya sebenarnya dapat berinteraksi dengan obat lain. Misalnya, obat maag dapat mengurangi penyerapan antibiotik dalam aliran darah sehingga mengurangi efektivitasnya. Agar tidak susah membedakan, berikan label pada masing-masing obat.
4. Tidak Menyimpan Obat Dengan Benar
Obat sebaiknya disimpan di tempat yang sejuk dan kering dan harus terhindar dari panas atau lembab. Tapi pada kenyataannya, kebanyakan lemari obat adalah tempat penyimpanan yang buruk. Misalnya diletakkan di kamar mandi yang lembab.
Satu hal yang tak boleh lupa, jauhkan obat dari jangkauan anak-anak. Jangan lupa melihat tanggal kedaluwarsa dan buang obat yang sudah melewati expired date. Beberapa obat kehilangan efektivitasnya dari waktu ke waktu, tetapi ada juga yang malah berubah jadi racun.
Satu hal yang tak boleh lupa, jauhkan obat dari jangkauan anak-anak. Jangan lupa melihat tanggal kedaluwarsa dan buang obat yang sudah melewati expired date. Beberapa obat kehilangan efektivitasnya dari waktu ke waktu, tetapi ada juga yang malah berubah jadi racun.
5. Salah Minum Obat Karena Namanya Mirip
Ada beberapa nama obat yang terdengar dan memiliki nama yang mirip. Sebaiknya bedakan obat-obat ini dengan cara memberikan label yang mudah terbaca. Beberapa nama obat yang tercampur baur dan sulit didbedakan adalah;
Adderall untuk mengobati ADHD mirip dengan Inderal untuk hipertensi. Cafergot untuk migrain mirip dengan Carafate untuk borok. Celexa untuk depresi mirip dengan Celebrex untuk arthritis. Doribax untuk infeksi ginjal mirip Zovirax untuk herpes simpleks. Sarafem untuk PMS mirip Serophene untuk infertilitas.
Adderall untuk mengobati ADHD mirip dengan Inderal untuk hipertensi. Cafergot untuk migrain mirip dengan Carafate untuk borok. Celexa untuk depresi mirip dengan Celebrex untuk arthritis. Doribax untuk infeksi ginjal mirip Zovirax untuk herpes simpleks. Sarafem untuk PMS mirip Serophene untuk infertilitas.
6. Konsumsi Makanan yang Berinteraksi dengan Obat
Makanan tertentu dapat mengganggu kinerja obat, misalnya grapefruit. Grapefruit bukanlah anggur, tapi juga tidak dapat disamakan dengan jeruk Bali. Buah ini adalah jeruk besar berkulit oranye dengan daging merah keunguan seperti anggur.
Grapefruit dapat menghalau enzim yang memetabolisme obat tertentu seperti antihistamin, obat tidur, obat anti kecemasan dan obat penurun kolesterol dan tekanan darah. Beberapa makanan lain yang tak boleh diminum bebarengan obat adalah susu dan produk fermentasi.
Grapefruit dapat menghalau enzim yang memetabolisme obat tertentu seperti antihistamin, obat tidur, obat anti kecemasan dan obat penurun kolesterol dan tekanan darah. Beberapa makanan lain yang tak boleh diminum bebarengan obat adalah susu dan produk fermentasi.
Sumber : health.detik.com